Minggu, 29 September 2013

MASA DEPAN

Teruslah lakukan karya anda secara konsistem dan syukurilah apa yg sudah anda dapatkan selama ini. Segala sesuatu yang kita dapatkan hingga saat ini merupakan karunia dan nikmat yang diberikan oleh Alloh SWT.

Minggu, 20 Juni 2010

Cita-Cita

Kita tidak asing dengan dengan yang namanya cita-cita karena sejak kecil sudah sering ditanyakan kepada kita. Nanti klo sudah besar mau jadi apa ??, apa cita-citanya ??, mau hidup dimana nanti ?? dan masih banyak sekali pertanyaan-pertanyaan yang kita terima. Tapi pernahkah kita memikirkan dan menelaah secara seksama apa dan bagaimana cita-cita tersebut dapat diwujudkan ??????

Mari bersama-sama kita ulas tentang hal ini sehingga cita-cita bukan hanya tergantung dihati dan pikiran namun bagaimana cita-cita dan cinta tersebut bisa kita wujudkan.


Banyak orang berkata bahwa hidup, jodoh dan mati merupakan sesuatu yang sudah digariskan oleh Tuhan dan sangat sulit untuk dirubah. Ada sebagian orang meyakini hal ini lantas hanya menerima hidup apa adanya tanpa melakukan usaha yang kuat, namun sebagaian yang lain meyakini hal ini dengan tetap berusaha secara maksimal dan akhirnya memperoleh mendapati apa yang dicita-citakan sebelumnya.

Kemudian muncul pertanyaan, siapakah yang pandai dan hebat dalam hal ini ???
Ada sebagian mengatakan bahwa dirinyalah yang pandai dan hebat, ada yang mengatakan temanyalah yang hebat karena kesuksesan yang diraihnya berkat bantuan temanya, dan ada sebagian yang mengatakan bahwa orangtuanyalah yg hebat karena merekalah yang telah membiayai sekolah dan kuliahnya.

Mari kita lihat kembali diri kita ketika baru dilahirkan agar kita dapat memberikan penilaian yang baik dan obyektif menurut perspektif yang sehat dan menyehatkan.

Diri kita dilahirkan dengan telanjang bulat tanpa busana dan hanya bisa menangis jika kita menginginkan sesuatu. Dari sinilah kita bis memulai berpikir bahwa sesungguhnya kita tidak punya apa-apa untuk ditunjukkan apalagi disombongkan kepada seseorang. Seperti apapun kita, yang terpenting adalah kita selalu berusaha melakukan yang terbaik dan terus melakukan apa yang menurut kita akan memjadi lebih baik.

Keinginan dan cita2 harus tinggi dan kita harus terus melakukan dan melakukan untuk menggapainya, adapaun hasil yang kita capai......, itulah karunia yang diberikan oleh Allah yang Maha Kuasa dan Maha Berkehendak.

Semoga kita semua menjadi makhluk Allah yang pandai bersyukur atas segala nikmat yang kita terima dari Allah secara gratis.

Salam bahagia untuk semuanya

Jumat, 18 Desember 2009

Tahun Baru 1431H momentum perubahan terbaik


Awal tahun baru 1431H kali ini yang jatuh tepat pada hari Jum'at 18-12-2009, menjadi momentum terbaik bagi siapapun yang ingin melakukan perubahan dalam hidupnya agar hidup yang hanya sebentar ini mampu menghiasi dan mewarnai kehidupan diri sendiri maupun kehidupan orang lain menjadi lebih bermakna.

mengapa tahun ini kami katakan sebagai momentum terbaik ???? Karena pada saat ini Allah masih dan selalu menyayangi diri kita dengan keteguhan Iman dan Islam, dan dengan hidup dan sehat. Ini merupakan kesempatan dan peluang sangat berharga untuk dapat meraih tujuan hidup yang sebenarnya yakni kehidupan akherat yang berbahagia bersama seluruh keluarga.

Kita bisa melihat kekiri dan kekanan tetangga kita, saudara kita bahkan mungkin keluarga kita sendiri yang telah banyak dipanggil oleh Allah SWT dalam usia yang berbeda-beda. Ada yang baru mempunyai anak satu, ada yang baru saja menikah, ada yang baru saja tamat sekolah, bahkan ada yang masih anak-anak. Sehingga mereka tidak sempat lagi untuk berbuat amal yang terbaik buat orang lain bahkan buat diri mereka sendiripun mereka tidak sempat lagi melakukan yang terbaik dalam hidupnya. Kita harus sadar dan harus menyadari bahwa hidup kita sangat dekat dengan ajal/kematian kita.

Maka dari itu, saat yang tepat untuk
merubah diri kita menjadi lebih baik adalah saat ini juga, detik ini juga tanpa mengulur waktu lagi hingga esok, karena mungkin saja esok hari kita telah tiada dan menghadap Sang Pencipta.

Mari kita hijrahkan diri kita dari yang biasa menjadi luar biasa, dari baik menjadi lebih baik dan dari yang sudah baik menjadi yang terbaik. Momentum tahun baru 1431H harus dapat kita jadikan pijakan untuk melakukan lompatan dan terobosan dalam menggapai hari esok yang lebih cerah, lebih baik dan lebih bahagia.

Semoga Allah SWT selalu membimbing kita dan kelauarga kita untuk selalu berada dijaln yang di ridhoi oleh-Nya dan semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah SWT.





Kamis, 03 Desember 2009

Membaca Pikiran Orang Lain


Sebagian besar waktu yang kita gunakan tidak terlepas dari hubungan interpersonal dengan orang lain, baik itu dengan teman, dengan pasangan, dengan rekan kerja, dengan atasan, dengan bawahan, dsb. Berbagai ketrampilan sosial yang menyangkut interaksi pun telah kita ketahui dan pelajari sejak kecil. Ketrampilan yang paling penting tentunya adalah komunikasi.
Ketrampilan berbicara dan mendengar, sebagai bagian dari komunikasi – merupakan ketrampilan dasar yang juga sudah dipelajari sejak lama. Namun seiring waktu, kadang kita lupa bahwa kedua ketrampilan tadi tetap harus dipupuk, bahkan mungkin juga ditingkatkan.
Kadang kita merasa sudah cukup mengenal orang yang kita ajak bicara sehingga kita hanya bicara seperlunya, berasumsi bahwa orang tsb sudah memahami pembicaraan kita. Demikian pula dalam mendengar, kadang kita tidak sabar mendengar pembicaraan orang lain, berasumsi bahwa arah pembicaraan tertuju pada suatu kesimpulan yang sudah kita pikir sebelumnya.
Disinilah letak ”cacat” komunikasi yang biasa terjadi. Akibatnya hubungan interpersonal jadi terganggu. Konflik pun makin sering terdengar.
Teman,Sedekat apapun hubungan kita dengan orang lain, kita tetap tidak dapat mengetahui hal-hal yang mereka pikirkan secara tepat. Karenanya bicarakanlah hal-hal yang ingin kita sampaikan pada orang lain dengan jelas, dan juga dengarkanlah respon yang disampaikan oleh orang lain secara cermat.
Jadi saat terjadi konflik, coba ditelaah kembali, apakah komunikasi sudah berjalan baik, atau kita yang hanya membaca pikiran orang lain (dan salah… )

Komunikasi dgn Anak, tak semudah teorinya

Terinspirasi dari tulisan di sebuah blog pagi ini, tiba-tiba jadi pengen nulis soal komunikasi orangtua-anak di era kemerdekaan saat ini *sok nyambung-nyambungin dengan suasana 17-an*. Yang dimaksud dengan era kemerdekaan itu adalah era modern sekarang ini, saat kesenjangan generasi tidak lagi dianggap sebagai penghalang untuk mengemukakan suatu pendapat.

Keluarga-keluarga sekarang ini terlihat lebih menerapkan suasana yang terbuka, bicara terbuka antara seluruh anggota keluarga. Sedikit berbeda dengan era yang lalu, saat orang tua dan anak terkadang punya hambatan untuk berkomunikasi dengan lancar dan terbuka. Mungkin tidak semua keluarga begitu, tapi sepertinya sebagian besar keluarga menerapkan pola yang kurang lebih demikian. Tidak semua hal dapat dibicarakan dengan orang tua. Anak perlu memilah-milah dulu, apa saja yang bisa disampaikan atau ditanyakan kepada orang tua. Ada kalanya orang tua terlihat agak ‘kesal’ karena tidak dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan anaknya. Orang tua sebagai tokoh otoritas dalam keluarga seringkali menempatkan diri sebagai tokoh panutan yang selalu tahu dan tidak terbantahkan.
Perkembangan jaman yang pesat sekarang ini turut memberi andil pula dalam kehidupan keluarga. Keluarga-keluarga lebih demokratis, komunikasi antara ayah-ibu dan anak lebih terbuka. Tapi, dari beberapa diskusi dengan keluarga-keluarga muda, ternyata tidak semua hal dapat mereka bicarakan dengan anggota keluarga yang lain. Seorang ayah / suami kadang tidak dapat bercerita terbuka pada sang ibu / istrinya, atau sebaliknya. Kadang mereka pun tidak dapat berbicara terbuka dengan anak-anaknya. Disini pembahasan akan dibatasi pada komunikasi orang tua-anak saja.
Seorang anak yang dibesarkan dalam pola komunikasi terbuka seperti ini, akan selalu bertanya. Setiap hal yang baru selalu ditanyakannya. Adakalanya orang tua menjadi lelah dan bosan menjawabnya, tapi itulah anak-anak. Pernahkah terbayang bahwa dengan usia mereka yang baru beberapa tahun, tentunya banyak sekali informasi yang belum mereka ketahui, dan nara sumber terdekat yang dapat mereka temui tentunya adalah keluarga. Beberapa teman mengatakan bahwa masalah kemudian muncul setelah anak bertanya soal-soal yang kompleks atau hal-hal sensitif, seperti “apakah menstruasi itu?”, atau “kondom tuh apa sih?”
Terkadang orang tua menghindari pertanyaan-pertanyaan seperti itu dengan cara (misalnya) pura-pura tidak mendengar pertanyaan, mencoba mengalihkan pembicaraan pada hal yang lain, atau menyuruh anak untuk menanyakannya pada orang lain yang dianggap lebih mampu menjawab. Bagi anak yang masih kecil, mereka mungkin akan mengulangi pertanyaan yang sama bila merasa belum mendapatkan jawaban, namun bagi anak yang menjelang remaja, pertanyaan-pertanyaan tak terjawab seperti itu dapat membawa bermacam dampak. Mereka dapat merasa bahwa mungkin pertanyaan itu memang tidak selayaknya ditanyakan pada orang tua, dan mereka mencari jawaban ke lingkungan sekitarnya dengan cara mereka sendiri. Padahal kalau orang tua mau lebih peka, itulah saat dimana komunikasi orangtua-anak diuji. Pada saat anak berharap mendapatkan pengetahuan baru dari orang yang mereka percayai, alangkah baiknya kalau orang tua memberikan jawaban yang tepat dan dapat diterima dengan mudah oleh anak.
Kemudian, bagaimana caranya memberikan jawaban yang dapat diterima oleh anak?
Tentunya dengan bahasa dan kalimat-kalimat sederhana sesuai dengan usia anak. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkadang dipicu oleh adanya istilah-istilah baru yang mereka temui. Tidak semua informasi perlu disampaikan pada anak, yang penting adalah bahwa mereka dapat paham akan arti kosa kata baru yang ditanyakannya tersebut. Pertanyaan-pertanyaan lanjutan biasanya lebih banyak ditanyakan oleh anak-anak yang sudah lebih besar, ketika mereka mulai menghubung-hubungkan antara “kata-kata baru” itu dengan aktivitas-aktivitas sehari-hari.
Contohnya, seorang anak bertanya, “apakah kondom itu?”. Penjelasan tentang kebendaan, bahwa kondom adalah pembungkus alat kelamin laki-laki, adakalanya sudah cukup memberi kepuasan bagi seorang anak yang bertanya. Saat anak mulai bertanya, “kenapa harus dibungkus?”, barulah tugas orang tua untuk menjelaskan tentang seksualitas, juga dengan bahasa sederhana yang dapat dimengerti anak.
Memang tidak semua menjadi tugas orang tua, karena informasi dapat mereka peroleh dimana saja, termasuk juga melalui buku-buku pelajaran maupun internet. Sebagai contoh, setelah konsep tentang ‘kondom’ dipahami, ada juga anak yang dapat memahami sendiri bahwa alat tersebut perlu digunakan untuk mencegah penularan penyakit kelamin, dan informasi itu mungkin ia peroleh dari buku, majalah ataupun internet. Orang tua bisa bernapas lega tidak perlu menjelaskan hal-hal yang ‘sulit’ pada anak-anaknya, yang pasti orang tua perlu meluruskan, jika konsep-konsep yang dipakai oleh anak tidak sesuai atau kurang tepat. Komunikasi terbuka tetap harus dijalankan.
Topik seksualitas seringkali memang sulit dibicarakan terbuka. Mengutip tulisan Paman Tyo, “Seksualitas manusia adalah sesuatu yang wajar. Ada sisi joroknya, ada sisi sarunya, ada sisi indahnya, ada sisi pantas dan tak pantas, ada sisi boleh dan tak boleh, dan masih banyak lagi…”, hal itu semua dapat menjadi diskusi hangat antara orang tua dan anak asalkan sesuai konteks waktu dan tempat.
Point pentingnya adalah, membiasakan diri untuk berbicara terbuka, bicara apa adanya dengan anggota keluarga (khususnya dengan anak) akan membawa pada hubungan orang tua-anak yang harmonis. Hal ini tentunya tidak hanya terbatas pada topik-topik seksualitas saja, namun kalau topik sensitif dapat didiskusikan secara terbuka, maka bukan hal yang sulit untuk membicarakan hal-hal umum lainnya. Kepercayaan anak pada orang tua semakin kuat, dan orang tua juga akan semakin yakin saat melepas anak-anaknya hidup bersosialisasi di lingkungan modern sekarang

Kamis, 19 November 2009

Komunikasi Antar Pribadi

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkembangan Tekhnologi Komunikasi dalam Era Globalisasi yang dibarengi oleh perkembangan tekhnologi informasi dan transportasi menjadi salah satu faktor penentu sebuah kemajuan baik secara individu, kelompok maupun dalam konteks yang lebih besar kemajuan sebuah Negara. Perkembangan Komunikasi dalam Era Global adalah sebuah kebutuhan alamiah (natural) manusia, atau sebentuk keniscayaan. Di Era seperti ini, siapapun yang menguasai ketiga faktor tersebut dipastikan akan memperoleh keuntungan yang sangat besar, begitupun sebaliknya, akibat proses ini akan muncul marginalisasi (peminggiran) individu, komunitas masyarakat atau bahkan suatu bangsa akibat mereka tidak menguasai pilar inti globalisasi terutama Komunikasi.

B. Rumusan Masalah

Dari paparan di atas, dapat ditarik sebuah rumusan permasalahan, yaitu “bagaimana memanfaatkan tekhnologi Komunikasi sebagai sebuah media dalam mempermudah pencapaian suatu tujuan/cita-cita.

C. Tujuan dan Batasan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan adalah untuk mengetahui konsep terbaik dalam penggunaan tekhnologi Komunikasi sebagai sarana dalam mencapai suatu tujuan yang telah dicanangkan sebelumnya. Agar pokok bahasan tidak melebar dan menjadi bias maka penulis hanya menyajikan (membatasi penulisan) dalam perspektif teoritis yang tidak begitu luas (hanya beberapa konsep) sehingga memudahkan semua pembaca dalam memahami arti pentingnya tekhnologi Komunikasi di era globalisasi.

BAB II

PEMBAHASAN

Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication)

A. Definisi dan Pendekatan KAP

KAP adalah komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka antara dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang (Wiryanto, 2004).

Komunikasi Interpersonal (KIP) adalah interaksi orang ke orang, dua arah, verbal dan non verbal. Saling berbagi informasi dan perasaan antara individu dengan individu atau antar individu di dalam kelompok kecil (Febrina, 2008).

KIP Antara Dua Orang adalah komunikasi dari seseorang ke orang lain, dua arah interaksi verbal dan nonverbal yang menyangkut saling berbagi informasi dan perasaan.

KIP Antara Tiga Orang/ lebih, menyangkut komunikasi dari orang ke beberapa oarng lain (kelompok kecil). Masing-masing anggota menyadari keberadaan anggota lain, memiliki minat yang sama dan/atau bekerja untuk suatu tujuan.

Tiga pendekatan utama tentang pemikiran KAP berdasarkan:

1.Komponen-komponen utama

Bittner (1985:10) menerangkan KAP berlangsung, bila pengirim menyampaikan informasi berupa kata-kata kepada penerima dengan menggunakan medium suara manusia (human voice).

Menurut Barnlund (dikutip dalam Alo Liliweri : 1991), ciri-ciri mengenali KAP sebagai berikut :

(a) bersifat spontan;

(b) tidak berstruktur;

(c) kebetulan;

(d) tidak mengejar tujuan yang direncanakan;

(e) identitas kenggotaan tidak jelas;

(f) terjadi sambil lalu.

2.Hubungan diadik

Hubungan diadik mengartikan KAP sebagi komunikasi yang berlangsung antara dua orang yang mempunyai hubungan mantap dan jelas.

Untuk memahami perilaku seseorang, harus mengikutsertakan paling tidak dua orang peserta dalam situasi bersama (Laing, Phillipson, dan Lee (1991:117).

Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan KAP sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah :

(a) spontan dan informal;

(b) saling menerima feedback secara maksimal;

(c) partisipan berperan fleksibel.

Trenholm dan Jensen (1995:227-228) mengatakan tipikal pola interaksi dalam keluarga menunjukkan jaringan komunikasi.

3.Pengembangan

KAP dapat dilihat dari dua sisi sebagai perkembangan dari komunikasi impersonal dan komunikasi pribadi atau intim. Oleh karena itu, derajat KAP berpengaruh terhadap keluasan dan kedalaman informasi sehingga merubah sikap.

Pendapat Berald Miller dan M. Steinberg (1998: 274), pandangan developmental tentang semakin banyak komunikator mengetahui satu sama lain, maka semakin banyak karakter antarpribadi yang terbawa dalam komunikasi tersebut.

Edna Rogers (2002: 1), mengemukakan pendekatan hubungan dalam menganalisis proses KAP mengasumsikan bahwa KAP membentuk struktur sosial yang diciptakan melalui proses komunikasi.

Ciri-ciri KAP menurut Rogers adalah :

(a) arus pesan dua arah;

(b) konteks komunikasi dua arah;

(c) tingkat umpan balik tinggi;

(d) kemampuan mengatasi selektivitas tinggi;

(e) kecepatan jangkauan terhadap khalayak relatif lambat;

(f) efek yang terjadi perubahan sikap.

B. Efektifitas KAP

KAP merupakan komunikasi paling efektif untuk mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang. Menurut Kumar (2000: 121-122), lima ciri efektifitas KAP sebagai berikut :

(1) keterbukaan (openess) ;

(2) empati (empathy) ;

(3) dukungan (supportiveness) ;

(4) rasa positif (positiveness) ;

(5) kesetaraan(equality).

Feedback yang diperoleh dalam KAP berupa feedback positif, negatif dan netral. Prinsip mandasar dalam komunikasi manusia berupa penerusan gagasan.

David Berlo (1997:172) mengembangkan konsep empati menjadi teori komunikasi. Empat tingkat ketergantungan komunikasi adalah :

(1) peserta komunikasi memilih pasangan sesuai dirinya;

(2) tanggapan yang diharapkan berupa umpan balik;

(3) individu mempunyai kemampuan untuk menanggapi, mengantisipasi bagaimana merespon informasi, serta mengembangkan harapan-harapan tingkah laku partisipan komunikasi;

(4) terjadi pergantian peran untuk mencapai kesamaan pengalaman dalam perilaku empati.

Berlo membagi teori empati menjadi dua :

(1) Teori Penyimpulan (inference theory), orang dapat mengamati atau mengidentifikasi perilakunya sendiri;

(2) Teori Pengambilan Peran (role taking theory),seseorang harus lebih dulu mengenal dan mengerti perilaku orang lain.

Tahapan proses empati :

1. Kelayakan (decentering) ; bagaimana individu memusatkan perhatian kepada orang lain dan mempertimbangkan apa yang dipikirkan & dikatakan orang lain tersebut.

2. Pengambilan peran (role taking) ; mengidentifikasikan orang lain ke dalam dirinya, menyentuh kesadaran diri melalui orang lain.

Tingkatan dalam pengambilan peran :

(a) tingkatan budaya (cultural level), mendasarkan keseluruhan karakteristik dari norma dan nilai masyarakat.

(b) tingkatan sosiologis (sociological level),mendasarkan pada asumsi sebagian kelompok budaya.

(c) tingkatan psikologis (psycological level), mendasarkan pada apa yang dialami oleh individu.

3. Empati komunikasi (empathic communication), meliputi penyampaian perasaan, kejadian, persepsi atau proses yang menyatakan tidak langsung perubahan sikap/ perilaku penerima.

Blumer mengembangkan pemikiran Mead melalui pokok pikiran interaksionisme simbolik yaitu “Manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) yang dipunyai objek tersebut bagi dirinya.

Kesimpulan :

Sehingga manfaat Komunikasi Antar Pribadi adalah memberikan bimbingan kepada peserta komunikasi untuk saling berbagi asumsi, perspektif dan pengertian mengenai informasi yang dibicarakan untuk memudahkan proses empati.

Daftar Pustaka :

Febrina, 2008. Pengertian KIP/K (Komunikasi Inter Personal/ Konseling),

Prakosa, Adi, 2007. Pengertian Komunikasi Antar Pribadi,

Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta : PT. Grasindo.